Tidak bisa dipungkiri lagi, batu baterai sangat diperlukan sebagai sumber energi listrik yang digunakan untuk menjalankan peralatan elektronika sehari-hari. Kebanyakan batu abtrai yang beredar di pasaran memiliki bentuk tabung dengan ukuran sekitar 1,5 Volt biyasanya di gunakan untuk batrai jam dinding, sedangkan batu batrai yang berbentuk kotak memiliki ukuran sekitar 3,7 Volt biyasanya di gunakan untuk batrai HP. Menurut prinsip kerja Sel Volta,batu batrai memanfaatkan larutan asam sulfat (H2SO4) sebagai larutan elektrolit dan 2 buah logam yaitu tembaga dan seng sebagai elektrodanya.
Berdasarkan sel volta,Untuk membuat baterai itu kita tidak perlu beresiko menggunakan larutan asam sulfat, ada beberapa bahan yang bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pengganti asam sulfat. Sumber Arus Listrik merupakan salah satu materi dari palajaran Fisika kelas IX. Penulis mengajak peserta didik kelas IX untuk membandingkan tegangan yang dihasilkan dari beberapa bahan penggantilarutan sulfat yang ada.
Berikut ini akan dijabarkan beberapa bahan dan alat-alat yang digunakan untukmembuat sel volta sederhana.
Bahan yang digunakan, antara lain:
1. Paku seng sebagai elektroda dan kawat tembaga yang bisa didapat dari kabel instalasi listrik.
2. Ubi/singkong, jeruk, mangga, kentang, tomat, jeruk nipis, lemon dan cuka sebagai larutan elektrolitnya.
3. Jepit buaya sebagai penghubung.
4. Basicmeter atau multitester sebagai alatuntuk mengetahui adanya tegangan sekaligus sebagai alat ukur.
5. Gelas ukur dan lakban kertas jika larutan elektrolitnya cuka.
Cara membuat:
1. Untuk elektrolit dari buah-buahan, kita cukup menancapkan paku seng dan tembaga pada kedua sisinya. Namun jika yang digunakan cuka, cuka dituang sebanyak 50 ml pada gelas ukur, rekatkan mulut gelas dengan lakban kertas kemudian dilubangi dengan tembaga dan paku seng.
2. Masing-masing logam dihubungkan dengan jepit buaya.
3. Jepit buaya dihubungkan dengan multitester atau basicmeter.
4. Kemudian diukur.
Cara mengukur:
1. Pilih selector pada DCV.
2. Sambungkan dengan jepit buaya yang sisi lainnya telah tersambung dengan logam. Jika jarum bergerak mundur, maka sambungan jepit buaya ditukar.
3. Perhitungan pada pengukuran bisa dilakukan seperti berikut: selektor x jarum petunjuk
tegangan (V) = ---------------------------------
skala maksimum
Contoh, jika jarum petunjuk menunjuk angka 12 dengan skala maksimum 50, dan selector menunjukkan angka 2.5, maka dihitung sebagai berikut:
2,5 x 12
VDC =--------------
50
= 0,6 V
Hasil data rata-rata pecobaan 8 kelompokadalah sebagai berikut:
Nama bahan Tegangan (VDC) Nama bahan Tegangan (VDC)
Ubi 0,41 V Kentang 0,43 V
Jeruk 0,58 V Tomat 0,74 V
Mangga 0,87 V Jeruk nipis 0,2 V
Cuka 0,58 V Lemon 0,53 V
Dari data hasil percobaan yang diperoleh, ternyata dapat disimpulkan dengan urutan tegangan dari yang terkecil sampai tegangan yang paling besar.
yaitu : jeruk nipis, ubi, kentang, cuka, lemon, jeruk, tomat, dan mangga.
Namun hasil yang diperoleh belum tentu akurat karena:
1. Adanya pengaruh peristiwa polarisasi yang terjadi pada batang elektroda, padahal batang-batang elektroda tersebut digunakan berkali-kali untuk pengamatan 8 kelompok.
2. Proses pembacaan jarum pada basicmeter atau multitester analog.
3. Proses perhitungan untuk menentukan nilai tegangan.
Agar percobaan lebih menarik, dapat menambahkan LED sebagai indikator adanya listrik. Batu baterai biasa dengan nilai tegangan 1,5 Volt mampu menyalakan sebuah LED. Dengan kondisi hasil tegangan yang kecil, kita dapat menyediakan 5 buah tomat untuk menyalakan sebuah LED, atau 6 gelas cuka atau 5 buah kentang.
Selamat mencoba...!!